Senin, 27 Desember 2010

PENYAKIT TBC


BAB I
 PENDAHULUAN

Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang penyebarannya meningkat secara drastis pada dekade terakhir di berbagai belahan dunia. Tuberkulosis itu sendiri merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
 Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.
 Data penelitian nasional menunjukkan jumlah penderita TBC Paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Sementara menurut data WHO tahun 1999 menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 583.000 penderita tuberkulosis per tahun, yang didukung oleh hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan Republik Indonesia  pada tahun 1992 dimana disebutkan bahwa Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit kedua penyebab kematian. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta oranG, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Dalam kenyataan bahwa penularan penyakit TBC di Indonesia sangat mengkhawatirkan dan kurangnya informasi lengkap tentang diagnosa, cara pencegahan dan penyembuhan penyakit di atas bagi masyarakat awam membuat penulis termotivasi untuk mengangkat masalah tentang, ” Penyakit TBC” sebagai topik dalam pembahasan dalam makalah ini.

BAB II
ISI

1.      Pengertian
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

2.      Penyebab Penyakit TBC
Penyakit TBC merupakan  suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).





Bakteri Mikobakterium tuberkulosa
Bakteri TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

3.      Riwayat terjadinya Tuberkulosis
v  Infeksi Primer :
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
v  Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) :
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

4.      Klasifikasi penyakit dan tipe penderita
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB memerlukan “definisi kasus” yang memberikan batasan baku dari setiap klasifikasi dan tipe penderita. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus-yaitu
1. Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru
2. Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung : BTA positif atau BTA negative
3. Riwayat pengobatan sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati
4. Tingkat keparahan penyakit : penyakit ringan atau berat
a. KLASIFIKASI
  1. Tuberculosis Paru
Tuberculosis paru merupakan  tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru)
Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Tuberkulosis Paru BTA positif
b.Tuberkulosis Paru BTA negative
  1.  Tuberculosis Ekstra Paru
Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru,, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu:
a.       Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan
Misal : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
b.       Tuberkulosis Ekstra Paru Berat
Misal : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
b. TIPE PENDERITA
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita, yaitu :
1. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
2.      Kambuh (relaps)
Adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan etlah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
3.       Pindahan (transfer in)
Adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan (FORM TB 09)
4.    Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out)
Adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.
5. Gagal
·         Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih.
·         Adalah penderita BTA negative, rontgen positif yang menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
6. Lain-lain
Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih BTA (+) setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2)

5.      Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TBC
1).    Daya Tahan Tubuh yang kurang
Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh untuk mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem kekebalan tubuh lemah pada saat kelahirandan
perlahan-lahan menjadi semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang mampu mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.
2).    Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif
Pekerjaan kesehatan yang merawat Pasien TB, Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan langsung (TB tampak di bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang
mungkin akan dihirupnya.
3).    Gizi buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang menjadi penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri.
4).    Pengidap infeksi HIV / AIDS
Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TBC akan meningkat,dengan demikian penularan TBC di masyarakat akan meningkat pula.

6.      Ciri – Ciri atau Gejala Penyakit TBC
Gejala Umum
  • Batuk berdahak lama ( Batuk disertai nyeri dada yang cukup lama 2-3 minggu).
  • Sesak nafas atau nyeri di dada saat batuk
  • Batuk juga disertai percikan darah
  • Tubuh Lemas
  • Demam tidak terlalu tinggi namun hilang timbul.
  • Selalu berkeringat di malam hari meski suhu udara tidak panas
  • Nafsu makan menurun diikuti dengan penurunan berat badan drastis.



 









Gejala khusus
  • Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
  • Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
  • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
  • Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Untuk memastikan diagnosisnya, dahak penderita perlu diperiksakan ke laboratorium apakah mengandung kuman TB atau tidak. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan foto rontgen dada, meskipun ini bukan yang utama.
Pasien TB umumnya tidak punya nafsu makan dan mengalami demam. Kebutuhan energi yang meningkat tanpa disertai asupan makanan yang cukup tentu menyebabkan tubuh kekurangan energi. Pada orang yang kekurangan gizi, cadangan lemak dan karbohidrat mungkin tidak ada atau tidak mencukupi, sehingga tubuh terpaksa memecah protein dari jaringan otot, misalnya. Akibatnya, pasien akan semakin kurus karena kehilangan massa ototnya.
7.      Cara Penularan dan Mekanisme Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.






Adapun mekanisenya yaitu pada saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.







 






Gambr. Foto rontgen dan paru – paru yang terinfeksi tbc
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

7.      Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
o    Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
o    Pemeriksaan fisik.
o    Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
o    Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
o    Rontgen dada (thorax photo).
o    Uji tuberkulin.

8.      Pengobatan Penyakit TBC
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.
Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri, pengontrolan efektif TBC dapat mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini yaitu :
1.      Imunisasi
Pengontrolan TBC yang kedua adalah imunisasi. Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyaki TBC. Vaksin TBC, yang dikenal dengan nama BCG terbuat dari bakteri M tuberculosis strain Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Bakteri ini menyebabkan TBC pada sapi, tapi tidak pada manusia. Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri M tuberculosis yang hidup (live vaccine), karenanya bisa berkembang biak di dalam tubuh dan diharapkan bisa mengindus antibodi seumur hidup. Selain itu, pemberian dua atau tiga kali tidak berpengaruh. Karena itu, vaksinasi BCG hanya diperlukan sekali seumur hidup. Di Indonesia, diberikan sebelum berumur dua bulan.
Imunisasi TBC ini tidak sepenuhnya melindungi kita dari serangan TBC. Tingkat efektivitas vaksin ini berkisar antara 70-80 persen. Karena itu, walaupun telah menerima vaksin, kita masih harus waspada terhadap serangan TBC ini. Karena efektivitas vaksin ini tidak sempurna, secara global ada dua pendapat tentang imunisasi TBC ini. Pendapat pertama adalah tidak perlu imunisasi. Amerika Serikat adalah salah satu di antaranya. Amerika Serikat tidak melakukan vaksinasi BCG, tetapi mereka menjaga ketat terhadap orang atau kelompok yang berisiko tinggi serta melakukan diagnosa terhadap mereka. Pasien yang terdeteksi akan langsung diobati. Sistem deteksi dan diagnosa yang rapi inilah yang menjadi kunci pengontorlan TBC di AS.
Pendapat yang kedua adalah perlunya imunisasi. Karena tingkat efektivitasnya 70-80 persen, sebagian besar rakyat bisa dilindungi dari infeksi kuman TBC. Negara-negara Eropa dan Jepang adalah negara yang menganggap perlunya imunisasi. Bahkan Jepang telah memutuskan untuk melakukan vaksinasi BCG terhadap semua bayi yang lahir tanpa melakukan tes Tuberculin, tes yang dilakukan untuk mendeteksi ada-tidaknya antibodi yang dihasikan oleh infeksi kuman TBC. Jika hasil tes positif, dianggap telah terinfeksi TBC dan tidak akan diberikan vaksin. Karena jarangnya kasus TBC di Jepang, dianggap semua anak tidak terinfeksi kuman TBC, sehingga diputuskan bahwa tes Tuberculin tidak perlu lagi dilaksanakan.
Bagaimana dengan Indonesia? Karena Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak, agaknya masih perlu melaksanakan vaksinasi BCG ini. Dengan melaksanakan vaksinasi ini, jumlah kasus dugaan (suspected cases) jauh akan berkurang, sehingga memudahkan kita untuk mendeteksi pasien TBC, untuk selanjutnya dilakukan terapi DOTS untuk pasien yang terdeteksi. Kedua pendekatan, yaitu vaksinasi dan terapi perlu dilakukan untuk memberantas TBC dari bumi Indonesia.: Andi Utama (Peneliti Puslit Bioteknologi-LIPI dan Pemerhati Masalah Kesehatan)
2.      Terapi TBC
Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri, pengontrolan efektif TBC mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi. Untuk terapi, WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung.
Deteksi atau diagnosa pasien sangat penting karena pasien yang lepas dari deteksi akan menjadi sumber penyebaran TBC berikutnya. Seseorang yang batuk lebih dari 3 minggu bisa diduga mengidap TBC. Orang ini kemudian harus didiagnosa dan dikonfirmasikan terinfeksi kuman TBC atau tidak. Sampai saat ini, diagnosa yang akurat adalah dengan menggunakan mikroskop. Diagnosa dengan sinar-X kurang spesifik, sedangkan diagnosa secara molekular seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) belum bisa diterapkan. Jika pasien telah diidentifikasi mengidap TBC, dokter akan memberikan obat dengan komposisi dan dosis sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Adapun obat TBC yang biasanya digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, streptomycin, dan ethambutol. Untuk menghindari munculnya bakteri TBC yang resisten, biasanya diberikan obat yang terdiri dari kombinasi 3-4 macam obat ini. Dokter atau tenaga kesehatan kemudian mengawasi proses peminuman obat serta perkembangan pasien. Ini sangat penting karena ada kecendrungan pasien berhenti minum obat karena gejalanya telah hilang. Setelah minum obat TBC biasanya gejala TBC bisa hilang dalam waktu 2-4 minggu. Walaupun demikian, untuk benar-benar sembuh dari TBC diharuskan untuk mengkonsumsi obat minimal selama 6 bulan. Efek negatif yang muncul jika kita berhenti minum obat adalah munculnya kuman TBC yang resisten terhadap obat. Jika ini terjadi, dan kuman tersebut menyebar, pengendalian TBC akan semakin sulit dilaksanakan.
DOTS adalah strategi yang paling efektif untuk menangani pasien TBC saat ini, dengan tingkat kesembuhan bahkan sampai 95 persen. DOTS diperkenalkan sejak tahun 1991 dan sekitar 10 juta pasien telah menerima perlakuan DOTS ini. Di Indonesia sendiri DOTS diperkenalkan pada tahun 1995 dengan tingkat kesembuhan 87 persen pada tahun 2000 (http:www.who.int). Angka ini melebihi target WHO, yaitu 85 persen, tapi sangat disayangkan bahwa tingkat deteksi kasus baru di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data WHO, untuk tahun 2001, tingkat deteksi hanya 21 persen, jauh di bawah target WHO, 70 persen. Karena itu, usaha untuk medeteksi kasus baru perlu lebih ditingkatkan lagi.
9.      Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan cara :
-          Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
-          Mengkonsumsi makanan bergizi.
-          Vaksinasi
-          Berperilaku hidup bersih dan sehat , serta
-          Mengupayakan pengadaan rumah sehat dengan ventilasi yang memadai. sinar matahari masuk ke rumah.


 
BAB III
PENUTUP

Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang penyebarannya meningkat secara drastis pada dekade terakhir di berbagai belahan dunia. Tuberkulosis itu sendiri merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja.
Adapun cirri – cirinya yaitu batuk berdahak lama ( Batuk disertai nyeri dada yang cukup lama 2-3 minggu), sesak nafas atau nyeri di dada saat batuk, batuk juga disertai percikan darah, tubuh lemas, demam tidak terlalu tinggi namun hilang timbul, selalu berkeringat di malam hari meski suhu udara tidak panas, nafsu makan menurun diikuti dengan penurunan berat badan drastis.
Sedangkan untuk pengobatannya bagi penderita penyakit TBC ini akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.


 
DAFTAR PUSTAKA
Amin. M1999. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya
Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Bandung
Anonim a. 2007. TUBERKULOSIS. http://www.infeksi.com/index.php? Diakses pada tanggal 13 juli 2010.
Anonim b. 2010. Gejala Klinis TBC. http://daimanshare.com/. Diakses pada tanggal 13 juli 2010
Anonim c . 2010. Tuberculosis. http://www.Infeksi.com/tuberculosis. Diakses pada tanggal 13 juli 2010
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm. Diakses pada tanggal 13 juli 2010
Anonim I. 2010. Mudahnya Penularan TBC. http://www.scribd.com/TBC?. Diakses pada tanggal 13 juli 2010.
Anonim j. 2010. Tanya Jawab Penyakit TBC. http://www.tanyajawab.com/ Diakses pada tanggal 13 juli 2010.
Avicenna.2009. Tuberculosis Paru (TB Paru). http://www.rajawana.com/home- mainmenu-1.html. Diakses pada tanggal 13 juli 2010
Indah.2010. World TB Day 2009 : STOP TB. http://www.Indosiar.com. Diakses pada tanggal 13 juli 2010
Palit, epiphani. 2010. Membaca Genom Bakteri “MTB”. http://www.pikiranrakyat.com. Diakses pada tanggal 13 juli 2010
Simbahgaul. 2008. Mikrobakteria. http://www.simbahgaul.wordpress.com Diakses pada tanggal 13 juli 2010.
Tin-U, Kaiser. 2005. Tuberculosis. http://hivinsite.ucsf.edu/InSite?page=md-06-01-01 Diakses pada tanggal 13 juli 2010
U-knee. 2008. Tuberculosis. http://www.iniitu.blogspot.com Diakses pada tanggal 13 juli 2010.
Wikipedia. 2010. Mycobacterium tuberculosis. http://www.wikipedia.org Diakses pada tanggal 13 juli  2010.



GAGAL GINJAL PROGRESIF



Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakit primernya telah diatasi atau telah menjadi tidak aktif. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik. Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme tersebut ialah adanya gambaran histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat, dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal terminal.

Kamis, 23 Desember 2010

makalah embriologi

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri.
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit, sedih, gembira, lucu bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka mencari jati diri. Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan.
Daya tarik persahabatan antar kelompok, rasa ingin dianggap sebagai manusia dewasa, kaburnya nilai-nilai moral yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang lebih tua (dalam hal ini orang tua), berkembangnya naruli seks akibat matangnya alat-alat kelamin sekunder, ditambah kurangnya informasi mengenai seks dari sekolah/lembaga formal serta bertubi-tubinya berbagai informasi seks dari media massa yang tidak sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-keputusan yang diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks dan menimbulkan gesekan-gesekan dengan orang tua ataupun lingkungan keluarganya.
Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah.
Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas. Arus modernisasi juga berdampak negatif di kalangan remaja. Banyak diantaranya yang telah melakukan seks bebas. Pendidikan seks dan dampaknya masih kurang diperkenalkan kepada remaja Indonesia. Sebagian kecil remaja Indonesia telah melakukan seks bebas terhadap pacar atau temanya. Akses informasi yang begitu cepat melalui internet, komik dewasa, Film dan game menyerbu remaja yang dikemas sedemikian rupa sehingga perbuatan seks dianggap lumrah dan menyenangkan.  Selain itu juga mereka tidak mengetahui akan bahaya dari seks bebas. Padahal ini sangat penting untuk kehidupan dimasa mendatang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari seks bebas ?
2.      Apakah pendidikan seks bebas itu penting untuk remaja?
3.      Apa saja dampak dan bahaya yang ditimbulkan dari seks bebas?
4.      Bagaimana cara menghindari seks bebas?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa pengertian dari seks bebas.
2.      Untuk mengetahui apakah pendidikan seks bebas itu penting untuk remaja.

3.      Untuk mengetahui apa saja dampak dan bahaya yang ditimbulkan dari seks bebas.
4.      Untuk mengetahui bagaimana cara menghindari seks bebas.

D.    Manfaat
1.      Mendapat pandangan positif tentang pendidikan seks.
2.      Mengetahui akibat dan bahaya tentang pergaulan bebas atau seks bebas. 
3.   Dapat mengetahui tindakan yang menyimpang dan dapat menghidarinya

BAB II
ISI

A.    Seks Bebas
1.      Pengertian Seks bebas
        Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Perilaku seks bebas yang terjadi pada remaja dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua terhadap anak yang disebabkan karena kesibukan masing-masing sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan tentang seks bebas dari orang tua dan oleh sebab itulah kadang kala anak terjerumus pada pergaulan yang salah. Perilaku seks bebas juga dapat terjadi jika remaja kurang mempunyai pemikiran yang matang untuk berbuat sesuatu di tambah lagi karena dorongan dari teman sebaya. Kadang teman mempunyai pengaruh yang buruk dan memaksa mencoba sesuatu yang baru sehingga mereka mencoba melakukan hubungan seks dengan lawan jenis tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi.
2.      Seks Bebas di Kalangan Remaja
Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Remaja mulai banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya.
Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya. Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orang tua.
Perilaku-perilaku menyimpang tersebut salah satunya golongan sex bebas, yaitu hubungan seksual pra nikah.
B.     Pendidikan Seks
1.      Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin, dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa.
Pendidikan seks mempunyai ruang pembahasan yang luas dan kompleks. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam artiheterosexual (seseorang yang mempunyai keinginan seks hanya pada lawan jenisnya), dan bukan semata- mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologi, sosio-kultural, agama, dan kesehatan.
Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antarasex instructiondan education in sexuality. Sex instructionialah penerangan mengenai anatomi, seperti pertumbuhan rambut pada ketiak dan sekitar alat kelamin, dan mengenai biologi dari reproduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan kelamin untuk mempertahankan jenisnya. Termasuk di dalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Adapun education ini sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang dibutuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendirisebagai individual seksual, serta mengadakan hubungan interpersonal yang baik. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity ( pergaulan dengan siapa saja ) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang.
2.      Tujuan Pendidikan Seks
Tujuan pendidikan seks secara umum, sesuai dengan kesepakatan internasional “Conference of Sex Education and Family Planning “ pada 1962, adalah : “Untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia, karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain “.
Tujuan utamanya adalah untuk melahirkan individu-individu yang senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun orang lain. Adapun tujuan akhir pendidikan seks adalah pencegahan kehamilan di luar perkawinan.  
Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987) Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :
      Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
      Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab).
      Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi.
      Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
      Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
      Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
      Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
      Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.
3.      Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Remaja
Masih banyak yang belum memahami seks dengan baik dan benar. Hal ini disebabkan norma dan nilai dalam masyarakat kita menganggap pendidikan seks masih tabu untuk dibicarakan secara terbuka dan hanya merupakan masalah orang dewasa. Pandangan demikian mengandung banyak kebenarannya terutama pada masa lampau, ketika informasi tentang seks masih sangat terbatas. Namun, saat ini informasi tentang seks lebih mudah diperoleh dan sangat banyak. Maka usaha untuk memberikan informasi yang benar perlu diberikan terutama kepada para remaja.
Kini, kemajuan di bidang teknologi informasi telah mengubah struktur dan pandangan hidup masyarakat kita. Dampak negatif dari kemajuan tersebut adalah pergeseran nilai dan moral yang terjadi di masyarakat. Sesuatu yang dahulu dianggap tabu, kini menjadi lazim dan begitu sebaliknya.
Salah satu pergeseran moral ialah nilai moral seksual terutama di kalangan remaja. Nilai moral seksual yang dulu dianggap tabu dan bertentangan dengan moral agama, tidak demikian lagi oleh sebagian kaum remaja. Dengan demikian memberikan bimbingan dan penerangan seks kepada para remaja merupakan suatu yang sangat penting dan perlu.
Alasan pendidikan seks sangat penting diajarkan kepada para remaja adalah :
a. Dapat mencegah penyimpangan dan kelainan seksual.
b. Dapat memelihara tegaknya nilai-nilai moral
c. Dapat mengatasi gangguan psikis.
d. Dapat memberi pengetahuan dalam menghadapi perkembangan anak.
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber - sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali.
Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat.
Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas

C.    Bahaya Seks Bebas
Hubungan seks pranikah bahkan berganti-ganti pasangan (seks bebas) mengakibatkan aib dan mengganggu ketenteraman hidup selanjutnya. Untuk itu, sebaiknya para remaja mengenal bahaya akibat hubungan pranikah dan seks bebas sebelum terlanjur. Perilaku seks pranikah dan seks bebas terutama di kalangan remaja sangat berbahaya bagi perkembangan mental ( psikis ), fisik, dan masa depan seseorang.
Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas diantaranya:
a.       Menciptakan kenangan buruk; Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks pranikah dan seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Bukan hanya pelaku yang merasa malu bahkan keluarga besarnya pun akan merasakannya. Hal ini tentu saja menjadi beban mental yang berat.
b.      Mengakibatkan kehamilan; Kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah dapat menjadi beban mental yang luar biasa hebat. Biasanya kehamilan ini tidak diharapkan “ orang tuanya “, sehingga muncul istilah kehamilan di luar nikah sebagai suatu “ kecelakaan “. Keadaan semakin berat ketika keluarga atau bahkan masyarakat mempertanyakan kehamilan itu. Dalam keadaan seperti ini, biasanya timbul depresi dan frustasi terutama menyerang wanita yang hamil di luar nikah tersebut. Lebih jauh lagi, apabila bayi itu lahir dan kemudian terungkap perilaku orang tuanya dulu maka tentu akan menjadi beban mental juga. Jelaslah bahwa perilaku seks pranikah dan seks bebas hanya akan menimbulkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku dan bahkan  keturunannya nanti.
c.       Menggugurkan kandungan ( aborsi ) dan pembunuhan bayi; Banyak kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks pranikah merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin “ orang tuanya “ menggugurkan kehamilannya karena mereka belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan kandungan ( aborsi ) dengan tidak berdasarkan alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan kandungan adalah akan mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim, kemandulan, dan lainnya.
d.      Penyebaran penyakit; Perilaku seks bebas dengan berganti-ganti pasangan sangat berpotensi pada penyebaran penyakit kelamin. Penyakit kelamin biasanya menular dan sangat mematikan. Penyakit kelamin ini tidak hanya menular kepada pasangannya melainkan akan menular pada keturunannya. Banyak kasus bayi lahir cacat akibat orang tuanya terjangkit penyakit kelamin.
e.       Timbul rasa ketagihan; Seks pranikah dan seks bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya. Sekli mencoba maka dipastikan akan melakukan terus menerus perbuatan tersebut.

D.    Dampak Dari Seks Bebas
Seks bebas selain berbahaya ternyata memiliki dampak tersendiri bagi kesehatan reproduksi. Oleh karena itu kita harus hati-hati dalam memilih pasangan. Jika sering gonta-ganti pasangan seksual, risiko tertular penyakit pun akan semakin besar. Berikut ini terdapat beberapa penyakit yang paling umum yang diakibatkan sering gonta ganti pasangan:
1.      Herpes Genital
Hampir 31 juta orang Amerika, satu per enam jumlah penduduk Amerika-pernah menderita herpes genital. Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 2, adalah infeksi seumur hidup yang menyebabkan lecet-lecet pada alat kelamin yang biasanya datang dan pergi. Pada wanita biasanya timbul luka pada organ kelamin bagian luar yang disertai gejala flu seperti sakit kepala dan demam. Sedangkan pada laki-laki gejalanya mirip dengan penyakit sifilis. Penyakit ini menular dari hubungan seksual dan dari ibu kepada bayinya. Pengobatan herpes harus dilakukan secara tekun dan tidak dapat benar-benar sembuh. Acydovir (Zovirox) merupakan sebuah obat yang diresepkan, dapat meringankan gejala-gejalanya, tetapi tidak menyembuhkan. Lecet-lecet karena herpes tersebut bisa meningkatkan risiko tertular AIDS melalui luka di darah.
2.      Sifilis (Penyakit Raja Singa)
Juga dikenal dengan nama Great Imitator karena gejala-gejala awalnya mirip dengan gejala-gejala sejumlah penyakit lain. Sifilis adalah salah satu PMS yang paling berbahaya. Infeksi yang terjadi pada organ kelamin bagian luar ini disebabkan oleh bakteri Treponema palladium. Gejala dari penyakit sifilis sering dimulai dengan lecet yang tidak terasa sakit pada penis atau bagian kemaluan lain dan berkembang dalam tiga tahap yang dapat berlangsung lebih dari 30 tahun. Penyakit ini dapat berkembang ke tahap sekunder dan tersier yang amat sulit diamati. Sifilis sekunder amat menular sedangkan sifilis tersier tidak. Meskipun demikian, sifilis tersier menimbulkan berbagai kerusakan pada tubuh selain pada organ kelamin seperti otak, jantung, pembuluh darah, hati, dan lain-lain. Sifilis yang ditularkan ibu kepada anaknya saat kelahiran dapat menyebabkan kematian. Sifilis dapat diobati dengan penisilin dosis tinggi, namun kerusakan jaringan yang terjadi selama infeksi tidak dapat disembuhkan kembali. Apabila tidak diobati, penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian.
3.      Gonorea (Kencing Nanah)
Gonorea merupakan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae dan dapat menginfeksi anggota tubuh selain anggota kelamin seperti mulut, mata, sendi, dan tulang. Penyakit ini telah dikenal sejak dahulu, dan menyerang sekitar 1,5 juta orang Amerika, baik pria maupun wanita, setiap tahun. Pada laki-laki sering keluar cairan kekuningan pada alat kelamin, sedangkan pada perempuan keluar cairan berwarna hijau agak kekuningan. Meskipun sering tanpa gejala, infeksi bakteri ini dapat menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil dan mengeluarkan nanah setelah dua hingga sepuluh hari. Kalau tidak diobati, penyakit ini dapat berkembang menjadi artritis, lepuh-lepuh pada kulit, dan infeksi pada jantung atau otak. Gonorea yang ditularkan oleh ibu ke anaknya dapat menyebabkan kebutaan. Bakteri Neisseria dikenal mudah bermutasi menjadi resisten terhadap antibiotik. Oleh karena itu, gonorea harus ditangani denga intensif.
4.      Klamidia
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Kadang penyakit ini timbul tanpa gejala. Bila dengan gejala, pada laki-laki biasanya terjadi rasa sakit ketika buang air kecil, sakit dan pembengkakan pada testis. Pada perempuan biasanya terdapat bercak darah di luar masa menstruasi. Klamidia dapat menular pada anak yang dilahirkan oleh penderita, menyebabkan kelahiran prematur, gangguan pernapasan dan penglihatan pada bayi. Di Amerika, klamidia termasuk penyakit yang paling mudah diobati, tetapi mudah juga menginfeksi, yaitu sekitar 4 juta orang setiap tahun. Penyakit ini dapat menyebabkan artritis parah dan kemandulan pada pria. Seperti sifilis dan gonore, penderitanya dapat disembuhkan dengan antibiotika.
5.      Jengger Ayam atau Kutil di kelamin (Genital wart)
Di Amerika, kasus kutil pada alat kelamin ini mencapai 1 juta setiap tahunnya. STD ini disebabkan oleh sejenis virus papiloma, yang terkait dengan kanker penis serta anus. Obatnya tidak ada, walaupun kutil yang terjadi dapat dihilangkan melalui operasi atau dibakar, atau dibekukan. Akan tetapi setelah itu gejala yang sama dapat datang kembali.
6.      Kanker prostat
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Karin Rosenblatt dari University of Illinois, diketahui bahwa dari 753 pria yang disurvei, terdapat hubungan antara kanker prostat dan banyaknya berhubungan seksual dengan beberapa orang. Pria yang sering melakukan seks dengan banyak wanita berisiko 2 kali lipat terkena kanker prostat.
7.      Kanker Serviks (leher rahim)
Hampir 95 persen kanker serviks disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV), dan 33 persen wanita dilaporkan punya virus tersebut,yang menyebabkan adanya sakit di leher rahim. Virus ini bisa menular lewat hubungan seksual, dan laki-laki pun bisa tertular oleh virus ini.
8.      HIV/AIDS
Pertama kali ditemukan pada tahun 1984. AIDS adalah penyakit penyebab kematian ke-6 di dunia, baik bagi wanita maupun pria. Virusyang menyerang kekebalan tubuh ini bisa menular melalui darah dan sperma pada saat berhubungan seksual. Hingga kini vaksinnya masih dikembangkan namun belum terbukti ampuh mencegah penularannya.
9.      Trichomoniasis
Bisa menyebabkan daerah di sekitar vagina menjadi berbuih atau berbusa. Ada juga yang tidak mengalami gejala apapun. Penyakit ini bisa menyebabkan bayi terlahir prematur jika sang ibu menderita penyakit ini saat hamil.
Sangat penting mengetahui bahwa hubungan seksual bukan hanya sekedar hubungan intim. Kontak seksual seperti ciuman, oral seks dan penggunaan alat bantu seks seperti vibrator juga berisiko menularkan virus.
Satu-satunya cara untuk mencegah penyebaran dan tidak mendapatkan penyakit itu adalah dengan berhubungan seks dengan satu pasangan. Penggunaan kondom memang bisa mencegah penyakit HIV dan gonorrhea, tapi kurang efektif mencegah herpes, trichomoniasis, chlamydia dan HIV.

E.     Menghidari Seks Bebas
1.      Pencegahan Menurut Agama
Iman, merupakan hal yang paling penting dalam berpacaran. Karena penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya orang tersebut menjadi suami atau istri kelak, tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada.
Adapun pencegahan menurut agama antara lain :
1.      Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki minimal usia tujuh tahun.
2.      Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat tertentu.
3.      Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
4.      Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalgi terhadap anggota keluarga terutama anak-anaknya.
2.      Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga  
 Anak yang kurang diperhatikan orang tua maka tidak menutup kemungkinan si anak akan mencari kesenangan di luar rumah sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan di tambah lagi dengan adanya pengaruh dari teman sebaya yang biasa melakukan seks bebas maka tidak menutup kemungkinan anak mengikuti gaya hidup teman tersebut jika tidak mau disebut gak gaul. Ada beberapa solusi untuk menghindari seks bebas, di antaranya:
a.       Membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak remaja dari tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan.
b.      Orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.
c.       Kembali kepada orang tua harus mengembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima kualitas; openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan equality.
d.      Orang tua harus menunjukkan penghargaan secara terbuka dan hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang masuk akal.
e.       Orang tua haruslah melatih anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orangtua harus membiasakan diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang perilaku dari kedua belah pihak.
f.       Ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.
  Keteladanan orangtua juga merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua yang gagal memberikan teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam kemerosotan moral dalam berperilaku.
Seks bebas yang terjadi di kalangan remaja sudah sangat meresahkan kita semua. Prilaku seks bebas itu dapat dicegah melalui keluarga,sehendaknya orang tua lebih memperhatikan anak-anaknya apalagi anak yang baru beranjak dewasa dan memberi pengertian pada anak tentang apa itu seks dan akibatnya jika seks itu dilakukan. Seks bebas itu juga dapat dicegah melalui keinginan diri sendiri, remaja harus lebih memikirkan akibat sebelum berbuat paling tidak remaja lebih meningkatkan lagi iman dan lebih meningkatkan keimanan pada tuhan. Pemerintah juga sangat berperan dalam usaha penanggulangan seks bebas dikalangan remaja seperti mengadakan penyuluhan di sekolah dan membuat UU khusus bagi anak-anak yang melakukan pelanggaran akan berpikir lagi sebelun berbuat pelanggaran.

BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Ada beberapa faktor penyebab remaja melakukan seks bebas, diantaranya adalah menonton film porno, pengaruh pergaulan bebas, penyaluran hasrat seksual, dan kurangnya peran dan perhatian orang tua kepada anaknya.
Secara umum ada dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS, gonorea, klamidia, herpes, dll). Cara menghindari seks bebas yaitu melalui pendidikan seks, pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangantentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Salah satu bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah pencegahan seks bebas menurut agama dan pencegahan seks bebas dalam keluarga
2.      Saran
1).   Tingkatkan keimanan dan selalu dekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2).   Tumbuhkan norma dan nilai-nilai sosial.
3).   Hindari pergaulan bebas yang dapat menjurus ke dalam perilaku seks bebas.
4).   Katakan “tidak”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat !!, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA
Gunarsah, Singgih. D., 1995. Pendidikan Seksual. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sabas Hartono, Hadi. 2009. “Makalah Dampak Seks Bebas Dikalangan Remaja”. Dalam http://www.google.com/hadi.asp
Suherni. 2008. “Bahaya Seks Bebas”. Dalam Kompas. 27 Januari. Jakarta